
Sempurna,
sebuah kata yang diimpikan dan didambakan oleh banyak manusia dalam setiap
langkah dan hari – harinya. Entah ‘sempurna’ yang seperti apa bentuknya, setiap
orang selalu mempunyai bayangan dan ekspektasi masing – masing dalam menafsirkannya.
Dalam menjalankan sebuah misi. Dari misi diri yang menyangkut diri sendiri
hingga misi yang bersangkutan dengan banyak manusia atau bahkan misi yang yang
menyagkut negara, lebih lagi tentang misi martabat hidup manusia di seluruh
dunia. Kata ‘sempurna’ selalu menjadi tujuan utama dibalik tujuan – tujuan yang
tersirat dalam bentuk nyata. Sempurna, tidak mempunyai batasan – batasan sekat
untuk di deskripsikan bahkan di terjemahkan. Sempurna selalu lekat dengan
keberhasilan dan selalu diharpkan entah itu di awal, di tengah, dan di akhir
dari sebuah catatan atau sebuah tindakan. Sempurna, banyak contoh – contoh didunia
ini yang sangat nyata untuk mengambarkan dari kata itu.
“jo,
kenapa kamu senyum – senyum sendiri?”
Paijo
masih meneruskan senyumnya, bahkan sesekali diiringi dengan tawa kecilnya. Lebih
parah lagi sampai dia melemparkan senyumnya yang dibagikan kepadaku. Aku juga
ikut tersenyum karena rasa selalu dapat menular jika dibagikan.
“aku
sedang mendengarkan lagu ‘prefect’ Nun”,
sambil meneruskan senyum – senyum kecilnya.
Sekarang ditambah dengan gibasan – gibasan tangan seolah dia adalah seorang ‘conductor’
dalam sebuah orchestra musik.
“sesempurna
apa jo? Lagu ‘prefect’ itu?. Lalu kamu membayangkan dan sedang memikirkan apa
hingga membuatmu merasa kesempurnaan itu hinggap pada dirimu?”
“aku
sedang membayangkan bilamana aku dapat berdampingan dengan dirinya. Aku suka
mendengarkan, bahkan melihat videoclipnya karena sangat sesuai dengan judul lagunya. Aku hanyut didalamnya dan
tentu aku hanyut tidak sendirian. Aku menyertakan “dia” dalam bayang – bayang lamunanku.”
Sempurna,
dari sekian kata yang sangat indah meski hanya sebatas sedang dibayangkan saja. Membayangkan
suatu hal yang lekat dengan keberhasilan, kesuksesan dan segala bentuk
kepercayaan diri dari sebuah harapan – harapan yang dituangkan dalam sebuah
keindahan bayang – bayang, yang dibungkus
dengan wadah kesempurnaan. Bahkan tidak hanya Paijo yang sering melakukan hal demikian. Itupun Paijo baru sekedar
membayangkan dunia asmaranya dengan seseorang yang dia impikan. Bagaimana bentuk
Paijo kalau sudah membayangkan hal – hal yang lain?, bagaimana jika Paijo juga
mengidamkan kesempurnaan misinya untuk menang di pilpres nanti?, bagimana
bentuk garis senyum diwajah Paijo jika baru membayangkan seorang perempuan saja
bisa sesumringah itu, laa kalau Paijo
membayangkan bisa merubah dunia ini?, dunia seperti apa yang dikehendaki dalam
mimpi – mimpi kesempurnaan Paijo?.
Sempurna
selalu berada dibayang – bayang sebelum benar – benar terjadi atau bahkan tidak
pernah terjadi. Selain lekat dengan keberhasilan, sempurna selalu lebih dulu
berada di bayang – bayang mimpi yang masing mengudara. Bisa saja itu akan
terbang dan kemudian mendarat, atau bisa juga terbang dan terus terbang
melayang – layang, atau kemungkinan terburuknya. Baru saja terbang dan
mengudara, tiba – tiba jatuh karena lebih dulu meledak saat baru ingin terbang
lebih jauh. Kalau sudah begitu tidak mungkin semua itu akan berbentuk seperti
semula. Kembali ketanah karena meledak
lebih dulu, tidak akan terbayangkan bentuk dan segala hiru – pikuknya.
Sempurna
tidak memiliki ukuran, sekat sekat dan sebuah ruang jika memang tidak
dikehendaki. Sempurna akan berubah menjadi tuntutan dan ambisi yang mendidih. Sempurna
hanya akan menjadi bayang – bayang jika bayang – bayang itu tidak memiliki
ruang. Sekat – sekat kesadaran dan tekad
yang matang untuk memimpikan kata sempurna itu. Sempurna tidak akan menjadi
sempurna jika sempurna itu dijauhkan dari sempurnanya diri sendiri untuk
menyadari dimana dia sedang berdiri.
“jo,
lalu apa yang mau kamu lakukan jika lagu itu habis, kecualinya kamu mengulangnya lagi?”
“kalau
sudah ya sudah Nun. Matikan lagunya lalu ‘ Aamiin!’. Siapa tau dari memimpikan
yang sempurna itu, jadi doa. Lebih - lebih mimpi yang sempurna jadi nyata.”
Sambil
mengusap muka dan tersenyum bersama, kami berdua sontak bebarengan bilang “Aamiin”.
Kemudian
Paijo berdiri dan mengajakku menyiram bunga mawar di sawahnya.
Jogja 2018
Tidak ada komentar:
Posting Komentar