+ -

4 September 2018

Maka Aku Ingin



Sinar matahari sudah mempercantik diri dengan kedamaian. Jendela sengaja dibuka setiap hari menjelang sore. Semilir angin yang berhembus membawa suasana pada ketenangan.

"Aku mencintaimu, maka aku ingin kau tetap menjadi manusia"
"Aku mencintaimu, maka aku ingin kau tetap menjadi kucing"

Sebagaimana peliharaan kesayangan dan tuannya saling menatap dalam. Mereka tak saling berbicara. Bahkan sama sekali tak saling mengerti satu sama lain apa maksud tatapan yang saling mereka lontarkan. Manusia tak mungkin benar-benar menirukan "miaw.. miaw.. miaw.. miaw", sungguh manusia tak benar-benar mengerti bahasa kucing. Pemahaman manusia terhadap kucing hanya sebatas penyesuaian kondisi dan situasi. Tiba-tiba datang, "miaw.. miaw.. miaw.." manusia mengartikan itu sebagai rasa lapar. Respon pertama yang cukup populer adalah menyentuh dan mengelus kepalanya. Atau ketika sedang berada di  dalam rumah, manusia melihat kucing berada tepat didepan pintu kaca, "miaw.. miaw.. miaw" berarti kucing itu ingin masuk. Semua hal butuh proses, hingga manusia dan kucing saling menerima satu sama lain. Hingga akhirnya sama-sama timbul rasa saling memiliki. 

Respon mengelus, atau membuka pintu itu merupakan bahasa perasaan manusia terhadap kondisi yang ada. Bisa jadi, sebenarnya kucing tidak ingin benar-benar di elus atau diberi makan. Tapi semua itu kucing terima begitu saja karena memang dia tau, hanya itu yang bisa dilakukan manusia terhadap dirinya. Hingga detik demi detik rontok dan tidak dapat diperbaiki, semua berlalu. Perlakuan situasional seperti itu terus dilakukan dan tumbuhlah rasa saling membutuhkan dan memiliki. Bagaimanapun kucing butuh majikan karena perlindungan dan makanan. Manusia butuh kucing sebagai sarana atau wadah bagi perasaan yang harus ditampung. 

"Aku pulang.."
"Puss.. puss.. puss", kucing mendekat dengan gayanya yang khas. berjalan layaknya model papan atas dengan ekor yang mengibas ke kanan dan kiri seperti deburan gaun yang gemulai. 
Mengambil posisi menggendong hingga memperlakukannya seperti bayi. Memuji dan nguyel-nguyel layaknya boneka yang begitu menggemaskan.  

"Miaw.. miaw.. miaww". 
"Kau belum makan yaa, makan dulu yuk.. "
"Ihhh puss kamu punya kutu, besok pagi mandi yaa.. "

Manusia sebenarnya sudah tau kalau kucing takut air. Tapi, perasaan kecintaan terhadap suatu hal terkadang membuat tuntutan untuk melakukan sesuatu agar sesuatu yang baik pula menjadi dampak yang didapatkan. Baik atau tidaknya kucing terkena air, itu tergantung manusia. Karena manusia tak dapat benar-benar mengerti arti "miaw.. miaw.. miaw.." saat air menyapanya. Entah itu diibaratkan bayi yang merenggek karena kedinginan, atau diibaratkan sebagai rasa takut dan pasrah. Semua tergantung kondisi dan situasi.

"pus omahmu ngendi?"
"paren"
"apa ora gatel?"
"adus"
"apa ora adem?"
"dede"

Pus rumahmu mana?. paren (pohon-pohon padi). Apa tidak gatal?. Mandi. Apa tidak kedinginan?. Berjemur. 

Rasa kecintaan membuat manusia berusaha untuk apapun yang harus diperjuangkan. Cinta membuat manusia memahami bahasa meski tanpa tau artinya. Cinta membuat pertimbangan, pilihan-pilihan, keraguan agar segera di putuskan. Cinta membangun intuisi, firasat, dan bahasa alam pada dada dan kepala manusia. Cinta membuat manusia bersyukur saat bahagia dan bisa memaksa manusia untuk ikhlas saat kehilangan. Cinta membuat tatapan mata itu terasa begitu dalam dan sejuk.

"Aku mencintaimu, maka aku ingin kau tetap menjadi kucing"
"Aku mencintaimu, maka aku ingin kau tetap menjadi manusia"

Aku tak pernah menyesal menjadi manusia lalu menjadi majikan yang cinta terhadapmu. Aku tak pernah menyesal cinta terhadapmu meski yang sebenarnya aku katakan dan lakukan tak pernah benar-benar kau pahami. Tapi aku akan menyesal apabila dirimu nyata, sedangkan cinta itu tak pernah ada.  



Jakarta 2018



5 Sebuah Catatan: Maka Aku Ingin Sinar matahari sudah mempercantik diri dengan kedamaian. Jendela sengaja dibuka setiap hari menjelang sore. Semilir angin yang berhe...

2 komentar:

< >