Kita pernah duduk bersama
Untuk tetap saling diam
Saling menatap dalam
Satu, dua tiga kata diucapkan
Dari kanan kekiri
Kemudian dihapus ditarik kembali
Setelah penolakan berbumbu ratapan penghabisan
Puisiku sudah lebih dulu pergi meninggalkan kata-kata dalam tubuhnya
Seperti berdiri didepan pintu
yang bukan aku
kubuka kemudian ditutup kembali
jelas itu milikmu, tak semestinya aku berdiri dan membuka sendiri
Orang-orang saling menatap
Bapa-ibumu bertanya
Meski tak dikeluarkannya kata-kata
Aku berharap tapi tak diharapkan
Kerisauan berbuah pertanyaan-pertanyaan
“Untuk apa aku antar kau pulang?”
“apa waktu sudah kelewat pukul tengah malam?”
Setelah penghakiman berbumbu ratapan malang
Puisiku sudah lebih dulu pergi meninggalkan kata-kata dalam tubuhnya
Jakarta 2021
Tidak ada komentar:
Posting Komentar