Ketidak sadaranku akan getaran terhadapmu, membawaku pada angan - angan yang maya, semu dan kau buat seakan tak nyata.
Setelah lama berfikir dan coba memahami, alangkah lebih baik memang berjalan sebagimana jalan yang sudah ditentukan. Jika didepan rambu tanda berputar, tak mesti aku harus berbalik kembali untukmu
Mengenalmu sebagaimana diriku adalah aku dan kamu adalah dirimu. Sebagimana patah bukan berarti pecah. Tunas tak mesti nanti rindang berbuah dan megah. Soal rasa, tak semua rata, tak juga harus sama.
Dimanakah kau tebar aksara rasa yang kutitipkan lewat bulan, saat badai rasamu nampak bergelayut kencang tanpa durasi interval, kemudian hilang ditelan gulita malam yang penuh asa tanpa tanda seru atau kalimat tanya.
Teruntuk dirimu, dari sini aku bisikkan lewat detak waktu yang terperangah, bahwa akulah penunggu yang sesungguhnya merindukanmu, sungguh - sungguh merindukanmu.
Jakarta - Jogja 2018
Tidak ada komentar:
Posting Komentar